Kamis, 08 November 2012

Ternyata Menurut Salafy/Wahabi Ustad Firanda Seorang Pendusta

Waduh Ternyata Menurut Salafy/Wahabi Ustad Firanda Seorang Pendusta (Bag. 1)

Posted by bicarasalafy pada Maret 11, 2011
Salafy vs Salafy
DUSTA FIRANDA DITENGAH BADAI FITNAH YANG SEDANG MELANDA (bag:1)
SUMBER: Salafybpp.Com
Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Hafizhahulloh
Selasa, 04 Januari 2011 05:35
Firanda memfitnah ulama ahlus sunnah
Gelar “kadzdzab” (gemar berdusta) yang disematkan oleh salah seorang ulama besar di Madinah Asy-Syaikh Abdullah bin Abdirrahim Al-Bukhari Hafizhahullah kepada seorang pelajar di Madinah yang bernama Firanda Andirja memang merupakan gelar yang layak disandangnya. Mengapa tidak, Firanda seakan tiada henti menghembuskan fitnahnya dengan menyebarkan berbagai kedustaan dikalangan salafiyyin dengan menyebarkan berita-berita palsu yang kandungannya adalah upaya merendahkan kedudukan para ulama dan Da’i Ahlus sunnah ditengah umatnya.

Belum lama kita mendengarkan “haditsul ifk” Firanda yang menyebarkan fitnah dusta dengan mengatasnamakan Asy-Syaikh Rabi’ bahwa Beliau meninggalkan kota Madinah dan menetap di Makkah karena diusir dari Madinah. “Subahanaka hadza buhtaanun ‘azhim”, betapa lancangnya anda berdusta atas nama seorang yang disebut oleh Imam Al-Albani sebagai “pembawa bendera al-jarhu wat-ta’dil” dizaman ini.
Mungkin dia berkata: bukan saya yang mengatakan itu, tapi saya hanya menukil.
Kami katakan: Anda terkena ucapan anda sendiri, bukankah anda sendiri menyebutkan dalam “buku fitnah” anda yang berjudul “lerai pertikaian sudahi permusuhan” sebagai berikut:
“Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitabnya, al-Adab al-Mufrad (no.324), demikian juga Ibnu Abid Dun-ya dalam kitabnya, ash-shamt (no.260), dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih al-Adab (no.247), dari ‘Ali, ia berkata:

القَائِلُ كَلِمَةَ الزُّوْرِ وَالذِيْ يَمُدُّ بِحَبْلِهَا فِي الإِثْمِ سَوَاءٌ

“Pengucap perkataan dusta adalah sama dosanya dengan orang yang memanjangkan tali perkataan tersebut.”
Makna ucapan ‘Ali “yang memanjangkan tali perkataan tersebut”, yaitu menyebarkannya.”
(Dinukil dari buku fitnah Firanda, hal:26)

Tak lama setelah itu, ia kembali berulah di kota Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam, dengan menyebarkan berita palsu berikutnya bahwa Asy-Syaikh Abdullah Al-Bukhari –Hafizhahullah Ta’ala- menjelekkan Syaikh Abdurrazzaq Al-Abbad –Hafizhahullah-, yang menyebabkan Syaikh Abdullah Al-Bukhari marah besar kepadanya dan tidak memaafkannya hingga dia datang kerumah Beliau. Menurut berita dari Syaikh Al-Bukhari bahwa dia telah datang untuk meminta maaf,namun gelar “pendusta” tersebut masih saja Beliau sematkan kepada hamba Allah yang satu ini, dan gelar itu memang pantas disematkan kepadanya. Selamat berbahagia dengan gelar ini wahai Firanda dari salah seorang ulama besar Madinah Nabawiyyah.

Anehnya, Firanda menyebutkan dalam buku fitnahnya (hal:32), ia berkata:
“Ada sebagian orang yang tidak bisa mengendalikan lisannya.Tidak peduli dengan apa yang diucapkannya.Tidak peduli siapapun yang sedang ia ghibah, yang ia bicarakan, yang ia rendahkan, yang ia jatuhkan harga dirinya.”
(Buku fitnah Firanda:32)
Benar apa yang anda katakan, terlebih lagi kalau yang sedang dibicarakan itu seorang ulama senior yang dikenal sebagai pembela sunnah Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, dan pembela manhaj salafi, semisal Syaikh Rabi’ Hafizhahullah Ta’ala.Al-Hafizh Ibnu Asakir rahimahullah berkata:

اعلم يا أخي وفقنا الله وإياك لمرضاته وجعلنا ممن يخشاه ويتقيه حق تقاته أن لحوم العلماء مسمومة وعادة الله في هتك أستار منتقصيهم معلومة وأن من أطلق لسانه في العلماء بالثلب بلاه الله قبل موته بموت القلب فليحذر الذين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم

“Ketahuilah wahai saudaraku –semoga Allah senantiasa memberi taufik kepada kami dan kalian untuk menggapai ridha-Nya dan menjadikan kami dan kalian termasuk orang- orang yang takut kepada-Nya dan bertakwa kepada-Nya- bahwa sesungguhnya daging para ulama itu beracun, dan kebiasaan Allah ‘azza wajalla, dalam membongkar kedok orang- orang yang merendahkannya adalah hal yang telah dimaklumi, dan barangsiapa yang melontarkan ucapannya dengan menjelekkan para ulama, maka Allah ‘azza wajalla, menghukumnya sebelum dia mati dengan kematian hatinya, hendaknya berhati- hati orang- orang yang menyelisihi perintahnya akan tertimpa fitnah atau tertimpa azab yang pedih.”
Berkata Abdullah bin Mubarak rahimahullah:

من استخف بالعلماء ذهبت آخرته ومن استخف بالأمراء ذهبت دنياه ومن استخف بالإخوان ذهبت مروءته

“Barangsiapa yang merendahkan para ulama maka hilang akhiratnya, dan siapa yang merendahkan penguasa maka hilang dunianya, dan siapa yang merendahkan saudaranya maka hilang harga dirinya.”

Berkata Ahmad bin Adzro’I rahimahullah:

الوقيعة في أهل العلم لا سيما أكابرهم من كبائر الذنوب

“Mecela para ulama terkhusus yang senior dikalangan mereka termasuk dosa besar.”
Berkata Malik bin Dinar:

كفى بالمرء شرا ألا يكون صالحا وهو يقع في الصالحين

“Cukuplah kejahatan bagi seseorang yang menunjukkan dia bukan orang saleh tatkala dia merendahkan orang- orang saleh.”

Syaikh Abdul Aziz Sadhan –hafizhahullah- berkata:
“Berhati-hatilah dari sifat lancang dengan lisan dan telunjuknya terhadap lembaran hidup para ulama, dan berusaha memperburuk citra mereka atau menyebarkan berbagai tuduhan atas mereka.Sebab hal itu akan membuka pintu kejahatan yang lebar, yang dapat menyeretnya kepada kerusakan dan membuat kerusakan baik secara hakiki maupun secara maknawi, bukan hanya menimpa yang mengucapkannya saja, namun menyebabkan rusaknya seluruh masyarakat.Untuk menjelaskan bahayanya perkara ini dikatakan bahwa: sesungguhnya merendahkan para ulama dan meremehkan mereka, lebih besar dosa dan kejahatannya dibanding merendahkan selain mereka. Sebab merendahkan para ulama bukan hanya sekedar merendahkan pribadinya saja, namun mengarah kepada sikap merendahkan apa yang mereka bawa berupa ilmu, dan apa yang mereka miliki dari agama dan akhlaq.Oleh karenanya, dikhawatirkan atas orang yang merendahkan para ulama akan ditimpa hukuman yang disegerakan, disebabkan buruknya perbuatan dan kejahatannya.”
(Manzilatul ulama,Syaikh As-Sadhan,hal:33)
Lalu beliau menyebutkan salah satu bentuk merendahkan para ulama:
“mengotori lisannya dengan meng-ghibah mereka atau tidak membela kehormatan mereka tatkala dighibahi, dan musibah yang terbesar adalah tatkala seseorang merasa nikmat dengan merusak kehormatan mereka baik dengan ucapan, pendengaran atau menunjukkan tanda menerima. Perbuatan ini menunjukkan keburukan hati dan kejelekan maksud, bagaimana mungkin dia menghalalkan dirinya untuk melakukan perbuatan yang kotor itu. Meng-ghibah seorang muslim adalah haram berdasarkan nash al-Qur’an

وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا

“Dan jangan sebagian kalian mengghibah sebagian lainnya.”
(QS.Al-Hujurat:12)
Sebab seorang muslim yang tidak berilmu memiliki kemuliaan dengan sebab islam, lalu bagaimana dengan seorang alim yang kedudukannya jauh lebih mulia dibanding yang lain, dengan kemuliaan ilmunya dan besar manfaatnya?.”
(Manzilatul ulama:55)
Namun ternyata kebiasaan berdusta Firanda tidak juga berhenti, dan gelar yang telah dilekatkan kepadanya tidak membuatnya jera dan bertaubat kepada Allah ‘azza wajalla, bahkan masih saja terus menyebarkan fitnah dan dusta.

11 komentar:

  1. Masih perlu di kaji beritanya

    BalasHapus
  2. kaidah tabayyun harusnya menyelamatkan kita semua. jgn sandarkan surga dan neraka kita kpd manusia. buat ana sikap tawakuf sampai mampu bertabayyun adalah sikap yg selamat. mmg ada bbrp ustad yg sangat jelas sikapnya. tapi apakah dia seorg pembohong, munafik, sururi, mlm, dan lain lain maka segala tuduhan itu harus kita konfirmasikan dulu. ingat mata, telinga, hati sangat berat tanggungjawabnya. apalagi terkait hak seorg muslim.

    BalasHapus
  3. Ketika terjadi beda pendapat,itu bukan berarti orng nya salah,
    Perbedaan pendapat sampai menbulkan perselisihan dan tuduhan itu bisa saja terjadi,bahkan sampai menuduh sifulan kluar dari manhaj salaf,
    Nah buat tman teman yg berbeda manhaj kasus ini samasekali tdk menunjukkan benarnya manhaj kalian dan salhnya atau kcaunya manhaj salaf .sbab hal tsb hanya berlatar perseliilsihan dan beda pendapat yg dibawa pd ranah tuduhan dan hujatan yg berbahaya yg perlu ilmu dan jiwa yg bersih

    BalasHapus
  4. buat ustad firanda monggo ngaji lagi biar tambah pinter jaga lisannya, jaga hatinya dan nafsunya biar ustad firanda tidak membikin resah umat kasian jamaah yang dipimpin ustad, ingat setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban nanti diakhirat

    BalasHapus
  5. Dan pada akhirnya org yg berkata jangan buka aib saudaramu, justru malah membukanya. Berkata tapi tak berkaca, ini yg ku tangkap dari berita di atas. Sebelum yg bersangkutan mengakui perbuatannya, tak akan ada gunanya memakan daging saudara sendiri. .

    BalasHapus
  6. http://dufal78.blogspot.co.id/2011/04/tanggapan-yang-begitu-menggugah-hati.html?m=1

    BalasHapus
  7. http://dufal78.blogspot.co.id/2011/04/tanggapan-yang-begitu-menggugah-hati.html?m=1

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. Ummatku terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka kecuali....الجمعه، او ما انا عليه و اصحابي. Inti dari hadits ini adalah yg tidak masuk neraka itu... maa ana alaihi wa ashabiie... (berpedoman pada sunnah ku dan sahabatku).... Jd kalau tidak ada contoh dari rosulullah dan sahabat jgn diikuti. Karena agama ini sdh ada pedomannya yaitu kitabullah dan sunnah rasulullah spt dari hadits di atas. Gak boleh bikin amalan yg di karang2 spt mayoritas islam di Indonesia

    BalasHapus
  11. hallo tahurufulgundul.

    mandi dulu sana

    BalasHapus